Kamis, 16 September 2021

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

¨       Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda?

Seringkali sebagai seorang pendidik kita dihadapkan pada dua kondisi yang di dalamnya kita harus memilih dua hal yang bernilai benar, yang kita kenal dengan dilema etika. Pendidik sebagai pemimpin pembelajaran diharapkan dapat mengambil keputusan keputusan yang tepat dan tidak memihak pada salah satu dari suatu masalah yang sedang dihadapi. Seorang pendidik harus dapat menentuka persoalan tersebut apakah merupakan dilema etika atau bujukan moral. Bujukan moral atau benar vs salah adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan. Dilema etika atau benar vs benar adalah sebuah situasi yang terjadi dimana seseorang dihadapkan pada situasi keduanya benar namun bertentangan dalam mengambil sebuah keputusan.

Setelah mempelajari modul 3.1 ini nantinya saya sebagi calon guru penggerak diharapkan mengambil sebuah keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang saya dapatkan akan saya bagikan kepada rekan-rekan guru di sekolah dan di forum MGMP dengan cara memanfaatkan Whatsapp Grup dan berdiskusi di dalamnya selama pembelajaran daring ini. Jika memungkinkan diadakan sesi berbagi melalui pertemuan virtual dan sejenisnya. Melalui pertemuan itu saya akan membagikan pengalaman dalam menyelesaiakan berbagai kasus selama berdiskusi dalam ruang LMS secara mandiri atau diskusi kelompok.

¨       Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran?

 

Langkah awal yang dilakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah menentukan apakah kasus tersebut termasuk dilema etika atau bujukan moral melalui identifikasi masalah. Jika merupakan bujukan moral atau benar vs salah yaitu sebuah situasi yang terjadi di mana seseorang dihadapkan pada situasi benar atau salah dalam mengambil sebuah keputusan maka kita harus putuskan untuk memilih yaang benar. Apabila masuk dalam kategori kasus dilema etika maka ada bebarapa hal yang perlu kita lakukan untuk mengambil sebuah keputusan, kita harus memperhatikan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah-langkah dalam pengambilan keputusan.

¨       Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.

Saya akan menerapkan langkah-langkah pengambilan keputusan setelah saya mempelajari modul 3.1 ini secara keseluruhan dan akan berusaha semaksimal mungkin memecahkan suatu masalah yang ada dilingkungan sekolah dengan memperhatikan 9 langkah-langkah yang ada dalam modul ini.

1)       Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.

2)      Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

3)      Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

4)      Pengujian benar atau salah. Ada uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, dan uji panutan/idola.

5)      Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.

6)     Melakukan Prinsip Resolusi.

7)      Investigasi Opsi Trilema.

8)     Buat Keputusan.

9)     Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan.

Saya akan mencoba mempraktikkan baik dilingkungan sekolah mulai dari kelas yang saya ampu maupun dilingkungan masyarakat. Dan harapan saya setelah selesai dari program guru penggerak sudah terbiasa dengan proses pengambilan keputusan ini.

 

¨       Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.

Dalam mengambil sebuah keputusan tidak hanya kita lakukan sendiri saja tentu perlu masukan-masukan dari rekan guru di sekolah atau di komunitas MGMP yang bisa kita ajak berdiskusi dan berbagi sehingga kita mengetahui apakah keputusan yang telah kita ambil ini sudah tepat atau belum. Orang-orang yang bisa dijadikan teman diskusi/pendamping dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan-rekan sejawat di sekolah, kepala sekolah, orang tua siswa, siswa, komite sekolah, atau bisa juga pengawas sekolah. 


Kamis, 29 Juli 2021

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

 

AKSI NYATA BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

Sarah Nurul Latifah, S.Si_ CGP Makassar Angkatan 2

 

A.      Latar Belakang

Saat pertama kali menjadi guru, saya menemukan kondisi murid remaja saya yang masih kurang ramah. Mereka sering menguji kekonsistenan guru-gurunya dalam menerapkan kebijakan di dalam kelas, terutama pada guru baru seperti saya. Akhirnya di tahun berikutnya saya dan beberapa teman mencoba menerapkan beberapa kontrak belajar yang mampu membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih kondusif. Selain itu, di lingkungan sekolah seluruh pihak juga bekerjasama agar 3S (Senyum, Salam, dan Sapa) bisa dibiasakan.

Meski demikian, belakangan saya menemukan bahwa kontrak belajar yang saya buat terutama di dalam kelas saya lebih condong kepada kebijakan saya pribadi sehingga tidak memberikan kesempatan kepada murid saya untuk menyalurkan aspirasinya. Selain itu, pemilihan konsekuensi lebih cenderung berbentuk hukuman dan tidak selaras dengan isi kesepakatan kelasnya. Hal ini membuat beberapa murid mungkin segan, tetapi beberapa murid lainnya justru menjalankan kontrak belajar karena rasa takut. Oleh karena itu, saya perlu membangun kebudayaan positif dimana seluruh orang terlibat di dalamnya dengan kesadaran pribadi dan setiap orang bisa saling menghargai, dimulai dari dalam kelas.

 

B.      Deskripsi Aksi Nyata

Aksi nyata ini akan dijalankan dengan rancangan berikut:

  1. Membudayakan senyum, salam, dan sapa
  2. Memberikan contoh keteladanan bagi murid-murid saya (kedisiplinan, kerja keras, kolaborasi, semangat belajar, dll)
  3. Bersama murid menyusun dan menjalankan kontrak belajar dengan konsisten:

      Mendiskusikan visi kelas ideal menurut murid-murid

      Mendiskusikan dan merumuskan bersama langkah-langkah yang tepat untuk mencapai visi kelas ideal tersebut dalam bentuk kontrak kelas.

      Mendiskusikan dan menyepakati bersama konsekuensi yang sesuai atas pelanggaran kontrak kelas.

  1. Mengintegrasikan pengembangan karakter positif murid dalam aktifitas kelas yang mendukung.

 

C.      Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan

Membudayakan senyum, salam, dan sapa bisa dilaksanakan dengan cukup baik. Murid-murid tampak sudah terbiasa untuk bertutur kata dan bertindak sopan dalam berinteraksi dengan gurunya. Hal ini dikarenakan beberapa tahun ini pembiasaan 3S telah rutin dilakukan di sekolah dengan kerja sama seluruh perangkat sekolah. Sementara dalam pemberian keteladanan, saya bersama rekan guru terus berusaha menunjukkan upaya dalam mengaplikasikan karakter positif yang kiranya bisa diteladani murid-murid saya. Saya berusaha untuk lebih disiplin, terus belajar, mengembangkan diri, berkolaborasi dengan guru-guru, dan berinovasi dalam menyusun pembelajaran yang terbaik bagi mereka.

Untuk membiasakan murid untuk berperilaku positif di dalam kelas, pembelajaran diawali dengan penyusunan kontrak belajar. Kontrak belajar kali ini disusun dengan melibatkan murid-murid. Seluruh murid berdiskusi dan menyampaikan sarannya masing-masing. Dengan adanya diskusi kontrak belajar ini, aspirasi siswa dapat tersalurkan dan kelas tetap bisa berjalan dengan kondusif.

Selain itu, kegiatan-kegiatan yang bisa membentuk karakter baik peserta didik juga diintegrasikan di dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan-kegiatan seperti membangun kepercayaan diri murid melalui presentasi, menghargai pendapat melalui proses diskusi, bekerja sama melalui kelompok belajar, belajar disiplin melalui pengumpulan tugas tepat waktu, ataupun pemberian materi lainnya terkait pembangunan karakter pada murid-murid baru di MPLS.

 

D.     Pembelajaran dari pelaksanaan aksi nyata:

Menjalankan budaya positif merupakan tantangan yang sangat besar. Hal ini membuat saya sedikit gugup dan khawatir, terutama saat menunjukkan kekonsistenan dalam menjalankan aturan yang telah disepakati dan kekonsistenan dalam menunjukkan keteladanan

Meskipun demikian aksi nyata ini mengajarkan saya bagaimana menghargai pendapat dari murid-murid saya, bagaimana membangun sikap saling menghargai dari kesadaran diri bukan dari rasa takut, belajar mendesain kelas yang lebih kondusif, dan belajar untuk memperbaiki diri dan mengajak rekan guru untuk terus belajar dan bertumbuh bersama.

 

E.      Rencana Perbaikan di Masa Mendatang

1.      Kedepannya kontrak belajar dengan melibatkan murid akan lebih dirutinkan

2.      Kendala yang ditemukan di kelas akan didiskusikan bersama dan ditambahkan di kontrak belajar jika diperlukan

3.      CGP akan berusaha menjadi lebih baik dan bersama dengan orang-orang disekitarnya untuk terus mengembangkan diri terutama terkait pengembangan karakter positif

4.      Kebudayaan 3S akan terus dijalankan dan dibudayakan.

 

F.      Dokumentasi

1.      1. Budaya 3 S (Senyum Salam Sapa)


F.1.a. Dokumentasi Luring



F.1.b. Dokumentasi Daring

1.     2. Kontrak Belajar



F.2.a. Dokumentasi Kelas X


F.2.b. Dokumentasi Kelas XI Sciences

1.      3. Integrasi dalam pembelajaran


F.3.a. Dokumentasi Presentasi Murid


F.3.b. Diskusi dalam Tim



F.3.c. Materi Pendidikan Karakter di MPLS




Rabu, 28 Juli 2021

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH MELALUI KESEPAKATAN KELAS

 

MENUMBUHKAN BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH

MELALUI KESEPAKATAN KELAS

PGP-Angk2-Kota Makassar-Muhammad Arif-1.4-Aksi Nyata

 

A. Latar Belakang

Disiplin merupakan kunci sukses kegiatan belajar murid di sekolah, karena dengan disiplin maka setiap murid akan menciptakan rasa nyaman, rasa aman belajar baik bagi dirinya sendiri, maupun bagi murid lain yang berada di lingkungan sekolah. Disiplin tentu tidak akan muncul begitu saja pada diri murid tanpa didasari dengan penegakan peraturan yang efektif oleh pihak guru sekolah, melalui penegakan peraturan yang berupa tata tertib sekolah secara baik dan benar. Disiplin bagi diri murid berguna dalam memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, membantu murid memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan, menjauhkan murid melakukan hal-hal yang dilarang sekolah, mendorong murid melakukan hal yang baik dan benar, serta murid belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Ki Hajar Dewantara, mengajarkan metode pendidikan sistem among, yaitu metode pengajaran sesuai dengan asih, asah dan asuh. Hal ini sesuai dengan pendidikan yang dilaksanakan langsung dalam berbagai tempat yang diberi nama Tri Sentra Pendidikan, yaitu Alam Keluarga (Pendidikan Informal), Alam Perguruan (Pendidikan Formal) dan Alam Pergerakan Pemuda (Pendidikan Nonformal). Inspirasi pembelajaran dari konsep Ki Hajar Dewantara selanjutnya yaitu pendidikan dapat membentuk pribadi yang mandiri dengan tiga indikator yaitu bisa berdiri sendiri, tidak bergantungan dengan orang lain, serta dapat mengatur dirinya sendiri. Dengan begitu, seseorang dapat mengatasi permasalahan hidupnya sendiri tanpa membawa orang lain masuk ke dalam permasalahan.

SMA Negeri 12 Makassar merupakan lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdiri dari beberapa komponen yaitu murid, guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan. Sehingga murid mereka berada dalam satu lembaga, bersama-sama pula mengatur, membina dan menjalankan program-program yang ditentukan dan diatur oleh dinas pendidikan yang dilaksanakan secara terus menerus. Dalam upaya pelaksanaan program yang sudah ada maka SMA Negeri 12 Makassar membuat tata tertib sekolah yang memiliki hubungan yang sangat erat terhadap kedisiplinan.

Dalam pelaksanaan kegiatan di sekolah aturan yang berlaku di sekolah berupa penerapan disiplin murid yaitu disiplin dalam berpakaian, kehadiran, pengaturan waktu untuk belajar dan menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidak mudah. Hal ini diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya salah satunya adalah penerapan disiplin yang dilakukan oleh guru terhadap murid, sehingga berbagai jenis pelanggaran terhadap tata tertib sekolah dapat dicegah.

Untuk meningkatkan kedisiplinan murid maka penegakan aturan tata tertib dimulai dari lingkungan kelas dengan membuat kesepakatan kelas yang melibatkan murid dalam penyusunannya. kesepakatan inilah yang menjadi acuan dalam penerapan disiplin saat proses belajar mengajar berlangsung.

B. Deskripsi Aksi Nyata

Adapun tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam menerapkan budaya positif di kelas melalui kesepakatan kelas sebagai berikut.

1.        Sosialisasi dengan kepala sekolah dan guru-guru mengenai aksi nyata guru penggerak dalam menerapkan budaya positif di sekolah

2.        Guru dan murid curah pendapat mengenai kelas impian bagi mereka yang dilakukan secara daring melalui media Whatsapp Grup

3.        Guru dan murid berdiskusi permasalahan yang terjadi di kelas dan cara menanganinya

4.        Murid membahas per butir kesepakatan kelas sebagai pedoman dalam proses belajar mengajar

5.        Perwakilann Murid membuat kesepakatan kelas dalam bentuk poster kelas

C. Hasil dari Aksi Nyata yang dilakukan

            Hasil yang diharapkan dari aksi ini adalah terbentuknya produk berupa kesepakatan kelas yang telah disepakati oleh seluruh warga kelas yang dituangkan dalam bentuk poster. Kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama menjadi acuan untuk menerapkan disiplin di kelas. Kesepakatan kelas ini menjadi alarm pengingat bagi murid ketika melakukan suatu pelanggaran. Dengan demikian disiplin positif sekolah yang diharapkan dapat terwujud.

D. Pembelajaran Dari pelaksanaan

            Dalam menerapkan aksi nyata beberapa tantangan yang dihadapi sehingga menyebabkan kegagalan adalah partisipasi dari beberap murid dalam penyusunan kesepakatan kelas karena keterbatasan kuota, jaringan internet yang lemah. Komunikasi yang dilakukan melalui tulisan menyebabkan interakasi antara guru dan siswa kurang akrab, sehingga murid malu untuk menyampaikan ide-idenya.

Meskipun berbagai keterbatasan aksi ini berhasil membuat poster kesepakatas kelas yang akan menjadi pedoman dalam berinteraksi selama proses belajar mengajar di sekolah. Hal ini dapat terwujud berkat dukungan dari kepala sekolah, wali kelas, guru-guru, dan tenaga pendidikan dan terutama murid SMA Negeri 12 Makassar dalam menyukseskan setiap program yang dilakukan untuk perubahan ke arah yang lebih baik.

E.  Rencana Perbaikan di Masa Mendatang

            Kekurangan-kekurangan yang didapatkan selama proses penerapan aksi nyata renaca akan diperbaiki melalui berbagai usaha berikut.

1.        Diskusi mendalam wali kelas dan guru BK tentang penerapan disiplin positif melalui penyusunan kesepakatan kelas

2.        Sosialisasi disiplin positif kepada para pengurus OSIS dan Organisasi ekstrakurikuler

3.        Melakukan refleksi secara rutin terhadap pelaksanaan kesepakatan kelas

F. Dokumentasi Proses Pelaksanaan

















Sabtu, 17 Juli 2021

Koneksi Antar Materi -Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi Sebagai Upaya Memenuhi Kebutuhan Murid


A. Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2000), Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap murid. Berikut ini alasan Kita perlu memperhatikan perbedaan murid

·   tidak ada jaminan bahwa mereka semua akan menemukan hal yang sama secara sendiri dengan meyakinkan

·      murid belajar dengan kecepatan yang berbeda, teks, atau Suatu tugas menjadi sesuatu yang menantang akan tetapi dapat pula membuat frustrasi atau membosankan bagi sebagian murid.

·   Suatu waktu beberapa murid akan berpikir lebih konkrit dan sebagian lebih abstrak, beberapa ketergantungan dan sebagian mandiri.

·   murid tidak akan memilih untuk belajar dengan cara yang sama, membuat pilihan yang sama, atau merasa memegang kendali dengan parameter yang sama.

·        murid tidak semua tahu hal yang sama di tingkat kompetensi yang sama, murid akan membangun pengetahuan secara berbeda.

·      murid akan bervariasi dalam jumlah kolaborasi yang mereka butuhkan dan jenis rekan kerja dengan siapa mereka bekerja terbaik.

·         apa umpan balik yang bermanfaat untuk satu murid tapi tidak untuk yang lain.

· Setiap murid perlu memperoleh strategi baru bagi murid itu dan menggunakannya dengan cara yang secara pribadi bermanfaat.

·     Ruang kelas yang cukup positif bagi sebagian murid jelas tidak demikian bagi orang lain.

·        Murid akan membutuhkan perancah yang bervariasi untuk mencapai keduanya tujuan bersama dan pribadi.

Tabel berikut memperlihatkan perbedaan pembelajaran berdiferensiasi dengan yang bukan pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran Berdifrensiasi

Bukan Pembelajaran Berdiferesiasi

Pengelompokan jangka pendek fleksibel yang memungkinkan

murid untuk bekerja dengan berbagai teman sebaya dengan

kekuatan dan minat yang sama atau berbeda

Memberi label murid atau mengelompokkan berdasarkan kemampuan

Tugas yang menarik dan menyenangkan (menangani keterampilan yang sama) untuk semua preferensi, minat, dan tingkat kesiapan pembelajaran

Membatasi beberapa murid pada tugas tingkat rendah, berulang atau hafalan sementara yang lain terlibat dalam pemikiran tingkat tinggi

Sejumlah alasan yang rasional dari pilihan yang dikonstruksi dengan baik yang ditujukan untuk mengidentifikasi kebutuhan atau kekuatan murid

 

Kebebasan tak terbatas bagi murid untuk memilih apa pun yang ingin mereka lakukan setiap hari

Murid mengerjakan ekspektasi kurikulum yang sama dalam berbagai cara dengan kriterian umum sukses

 

Murid yang berbeda mengerjakan tugas yang berbeda harapan dengan berbagai kriteria keberhasilan (misal rubrik yang berbeda)

Murid belajar tentang diri mereka sendiri untuk membantu mereka membuat pilihan yang efektif dan informatif

Guru memikul tanggung jawab untuk

membuat semua keputusan mengenai pilihan murid

Rutinitas, prosedur, dan kesepakatan  adalah di kelas

 

Ruang kelas yang kacau atau lingkungan yang tidak terstruktur

 

 

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

1) Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang prosesnya.

2) Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Jadi bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.

3) Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

4)  Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.

5) Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas. Namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.

Pembelajaran berdiferensiasi haruslah berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar murid dan bagaimana guru merespon kebutuhan belajar tersebut. Dengan demikian, guru perlu melakukan identifikasi kebutuhan belajar dengan lebih komprehensif, agar dapat merespon dengan lebih tepat terhadap kebutuhan belajar murid-muridnya.

B. Pemetaan Kebutuhan Belajar Murid

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu 1) kesiapan belajar (readiness) murid, 2) Minat murid dan 3) Profil belajar murid.

Kesiapan belajar (readiness) adalah kapasitas untuk mempelajari materi baru. Sebuah tugas yang mempertimbangkan tingkat kesiapan murid akan membawa murid keluar dari zona nyaman mereka, namun dengan lingkungan belajar yang tepat dan dukungan yang memadai, mereka tetap dapat menguasai materi baru tersebut. 

Ada banyak cara untuk membedakan kesiapan belajar. Tomlinson (2001) mengatakan bahwa merancang pembelajaran berdiferensiasi mirip dengan menggunakan tombol equalizer pada stereo atau pemutar CD. Untuk mendapatkan kombinasi suara terbaik biasanya Anda akan menggeser-geser tombol equalizer tersebut terlebih dahulu. Saat Anda mengajar, menyesuaikan “tombol” dengan tepat untuk berbagai kebutuhan murid akan menyamakan peluang mereka untuk mendapatkan materi, jenis kegiatan dan menghasilkan produk belajar yang tepat di kelas Anda.

Minat adalah salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Tomlinson(2001) menjelaskan bahwa mempertimbangkan minat murid dalam merancang pembelajaran memiliki tujuan diantaranya:

    Membantu murid menyadari bahwa ada kecocokan antara sekolah dan keinginan mereka sendiri untuk belajar;

      Menunjukkan keterhubungan antara semua pembelajaran;

  Menggunakan keterampilan atau ide yang familiar bagi murid sebagai jembatan untuk mempelajari ide atau keterampilan yang kurang familiar atau baru bagi mereka, dan;

    Meningkatkan motivasi murid untuk belajar.

Profil belajar murid terkait dengan banyak faktor, seperti: bahasa, budaya, kesehatan, keadaan keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu juga akan berhubungan dengan gaya belajar seseorang. Menurut Tomlinson (dalam Hockett, 2018) profil belajar murid ini merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain.

Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien. Namun demikian, sebagai guru, kadang-kadang kita secara tidak sengaja cenderung memilih gaya belajar yang sesuai dengan gaya belajar kita sendiri.  Padahal kita tahu setiap anak memiliki profil belajar sendiri. Memiliki kesadaran tentang ini sangat penting agar guru dapat memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka. Penting juga untuk diingat bahwa kebanyakan orang lebih suka kombinasi profil. Menurut Tomlinson (2001), ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran seseorang. Berikut ini adalah beberapa yang harus diperhatikan:

o   Lingkungan: suhu, tingkat aktivitas, tingkat kebisingan, jumlah cahaya.

o Pengaruh Budaya: santai - terstruktur, pendiam - ekspresif, personal - impersonal.

o   Visual: belajar dengan melihat (diagram, power point, catatan, peta, grafik organisator).

o Auditori: belajar dengan mendengar (kuliah, membaca dengan keras, mendengarkan musik).

o  Kinestetik: belajar sambil melakukan (bergerak dan meregangkan tubuh, kegiatan hands on, dsb).

C. Strategi Pembelajaran Diferensiasi

Strategi Pembelajaran berdiferensiasi ada 3 yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

1. Diferensiasi Konten

Berhubungan dengan apa yang diajarkan pada murid dengan mempertimbangkan pemetaan kebutuhan belajar murid baik itu dalam aspek kesiapan belajar, aspek minat murid dan aspek profil belajar murid atau kombinasi dari ketiganya.

   Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ). Hal ini lebih kepada informasi tentang apakah pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki murid saat ini, sesuai dengan keterampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan.

  Minat merupakan salah satu motivator penting bagi murid untuk dapat ‘terlibat aktif’ dalam proses pembelajaran. Murid yang berbeda akan menunjukkan minat pada topik yang berbeda. Gagasan untuk membedakan melalui minat adalah untuk “menghubungkan” murid pada pelajaran untuk menjaga minat mereka. Dengan menjaga minat murid tetap tinggi, diharapkan dapat meningkatkan kinerja murid dalam hal ini salah satu contohnya setiap murid memiliki gaya belajar yang berbeda.

   Pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien dengan demikian guru perlu memvariasikan metode dan pendekatan mengajar mereka.

2. Diferensiasi Proses

Dalam kegiatan ini guru perlu memahami apakah murid akan belajar secara berkelompok atau mandiri. Guru menetapkan jumlah bantuan yang akan diberikan pada murid-murid. Siapa sajakah murid yang membutuhkan bantuan dan siapa sajakah murid yang membutuhkan pertanyaan pemandu yang selanjutnya dapat belajar secara mandiri. Semua hal tersebut harus dipertimbangkan dalam skenario pembelajaran yang akan dirancang. Cara diferensiasi proses di antaranya:

 Kegiatan berjenjang, di mana semua murid bekerja membangun pemahaman yang sama tetapi dilakukan dengan dukungan, tantangan dan kompleksitas yang berbeda.

 Menyediakan pertanyaan pemandu atau tantangan melalui sudut-sudut minat, dengan demikian akan mendorong murid mengeksplorasi berbagai materi yang dipelajari.

  Membuat agenda individual untuk murid, misalnya guru membuat daftar tugas berisi pekerjaan umum untuk semua kelas serta daftar pekerjaan yang terkait dengan kebutuhan individual murid. Jika murid telah selesai mengerjakan pekerjaan umum maka mereka dapat selesai melihat agenda individual dan pekerjaan yang dibuat khusus untuk mereka

 Memfasilitasi lama waktu yang murid dapat ambil untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini untuk memberikan dukungan bagi murid yang mengalami kesulitan atau sebaliknya mendorong murid yang cepat untuk mengejar topik secara lebih mendalam.

 Mengembangkan kegiatan yang bervariasi yang mengakomodasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.

   Menggunakan pengelompokan yang fleksibel yang sesuai dengan kesiapan, kemampuan dan minat murid.

3. Diferensiasi Produk

Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja yang harus ditunjukan pada guru. Produk adalah sesuatu yang ada wujudnya bisa berbentuk karangan, tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato, rekaman, diagram, dan sebagainya. Yang paling penting produk ini harus mencerminkan pemahaman murid yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Cara mendiferensiasi produk dapat dilakukan dengan berbagai cara dengan mempertimbangkan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu sebelum memberikan penugasan produk. Penugasan produk harus membantu murid secara individual atau kelompok, menentukan kembali atau memperluas apa yang mereka pelajari selama periode waktu tertentu (satu semester atau satu tahun). Produk sangat penting karena mewakili pemahaman dan aplikasi dalam bentuk yang luas, produk juga merupakan elemen kurikulum yang langsung dapat dimiliki oleh murid.

Diferensiasi produk meliputi dua hal yaitu memberikan tantangan atau keragaman dan memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan. Sangat penting bagi guru untuk menentukan ekspetasi pada murid, di antaranya menentukan: 1) kualitas pekerjaan apa yang diinginkan; 2) konten apa yang harus ada pada produk; 3) Bagaimana cara mengerjakannya; 4) Sifat dari produk akhir apa yang diharapkan

Walaupun murid memberikan informasi tambahan membantu guru memodifikasi prasyarat produk yang harus dihasilkan agar sesuai dengan kesiapan, minat dan kebutuhan belajar individu namun gurulah yang tetap harus mengetahui dan mengkomunikasikan indikator kualitas dari produk tersebut.

D. Mengelola Kelas Pembelajaran Berdiferensiasi

Menurut Tomlinson (2001) ada 17 strategi utama dapat guru gunakan untuk berhasil memenuhi tantangan merancang dan mengelola yang berbeda instruksi untuk murid Anda.

1) Memiliki alasan yang kuat untuk pembelajaran berdiferensiasi berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar murid

2)   Mulailah memdifrensiasi dengan kecepatan yang nyaman sebagai pengajar

3)   Waktu kegiatan yang berbeda untuk mendukung keberhasilan murid

4)   Gunakan "kegiatan jangkar" untuk membebaskan memusatkan perhatian pada murid.

5)   Buat dan berikan instruksi dengan hati-hati

6)   Tetapkan murid ke dalam kelompok atau tempat duduk daerah dengan lancar

7)   Memiliki “home base” bagi murid. Memulai dan mengakhiri kelas atau pelajaran dari "home base" atau bagan tempat duduk memungkinkan Anda untuk mengatur murid dan materi lebih efektif ketika akan ada murid gerakan selama kelas atau pelajaran.

8)   pastikan murid memiliki rencana untuk mendapatkan bantuan ketika Anda sibuk dengan murid atau kelompok lain

9)   Minimalkan kebisingan

10) Buat rencana bagi murid untuk menyerahkan pekerjaan.

11) Ajari murid untuk mengatur ulang perabotan.

12) Minimalkan gerakan "nyasar".

13) Miliki rencana untuk "penyelesai cepat".

14) Mempromosikan perilaku dalam tugas.

15) Buat rencana untuk "menghentikan". Sediakan rencana

16) Berikan tanggung jawab kepada murid untuk belajar mereka

17) Libatkan murid Anda berbicara tentang prosedur dan proses kelas

 

E. Kaitan Pembelajaran Berdiferensiasi dengan materi modul 1

            Menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara “Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat itu”. Sejalan dengan pembelajaran berdiferensiasi bahwa setiap murid belajar dengan gaya, arah dan kecepatannya masing-masing. Untuk mencapai tujuan dari pendidikan yaitu mewujudkan profil pelajar pancasila dibutuhkan guru penggerak yang memiliki visi, misi yang berpusat pada murid. Memiliki kemampuan untuk menerpakan pembelajaran yang berdasar pada kebutuhan anak.

            Pengelolaan kelas pembelajaran berdiferensiasi memerlukan pemetaan kebutuhan murid hal ini terkait dengan pendekatan inkuiri apresiatif yang disebut dengan BAGJA yaitu buat pertanyaan, ambil pelajaran, gali mimpi, jabarkan rencana, dan atur eksekusi. Sehingga pemetaan yang diperoleh benar-benar mencerminkan kebutuhan murid.

            Demikian pula pelibatan murid dalam menentukan tujuan dan cara untuk mencapainya akan menimbulkan sikap bertanggunga jawab pada murid untuk melaksanakan kesepakatan kelas. Hal ini akan menibulkan sikap disiplin murid, karena guru bertindak pada posisi kontrol manajer. Semua ini akan bermuara pada budaya positif di sekolah.

 

Referensi

Tomlinson, Carol An. 2001. How to diffrentiate instruction in mixed ability classroom Second Edition. Tahun 2001. ASCD Alexandria Virginia USA.

Student Success Differentiated Instruction Educator’s Package. Diakses dari visit www.edugains.ca.

Modul 2.1 Pendidikan Guru Penggerak. Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi.

 

3.1.a.7. Demontrasi Kontekstual -Pengambilan Keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

¨        Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingku...